Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Generasi Z

Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Generasi Z

Media sosial kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi Generasi Z — kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka tumbuh di era digital, di mana interaksi sosial, hiburan, bahkan pendidikan banyak terjadi melalui layar gawai. Namun, di balik kemudahan dan konektivitas yang ditawarkan, media sosial juga membawa dampak serius terhadap kesehatan mental generasi ini.


Ketergantungan pada Dunia Maya

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang sangat aktif di media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, X (Twitter), dan YouTube menjadi tempat mereka mengekspresikan diri, mencari hiburan, serta membangun identitas digital.

Sayangnya, penggunaan yang berlebihan sering kali menimbulkan ketergantungan psikologis. Banyak penelitian menunjukkan bahwa terlalu sering menggunakan media sosial dapat memicu rasa cemas, stres, bahkan depresi, terutama ketika seseorang mulai membandingkan kehidupannya dengan orang lain.


Fenomena “Fear of Missing Out” (FOMO)

Salah satu dampak paling nyata dari media sosial adalah munculnya FOMO (Fear of Missing Out) — ketakutan tertinggal dari tren, kabar, atau aktivitas teman. Generasi Z sering merasa harus terus terhubung dan memperbarui diri agar tidak dianggap “ketinggalan zaman”.

Hal ini dapat menyebabkan:

  • Gangguan tidur, karena kebiasaan memeriksa ponsel hingga larut malam.

  • Menurunnya produktivitas, akibat distraksi berlebihan dari notifikasi.

  • Kecemasan sosial, karena tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya.


Citra Diri dan Tekanan Sosial

Di media sosial, citra yang ditampilkan sering kali merupakan versi terbaik dari diri seseorang. Akibatnya, banyak remaja merasa tidak cukup baik karena membandingkan kehidupannya dengan standar yang tidak realistis.

Fenomena ini berkontribusi terhadap meningkatnya:

  • Rasa tidak percaya diri.

  • Gangguan makan karena tekanan fisik ideal.

  • Kelelahan mental (burnout) akibat terus berusaha tampil sempurna.


Sisi Positif Media Sosial

Meski sering disorot negatif, media sosial juga memiliki sisi positif bagi kesehatan mental. Platform ini bisa menjadi:

  • Sarana dukungan emosional, melalui komunitas daring yang peduli terhadap isu kesehatan mental.

  • Media ekspresi diri, yang membantu seseorang menyalurkan emosi dan kreativitas.

  • Sumber edukasi, terutama tentang pentingnya self-care, mindfulness, dan empati digital.

Kuncinya adalah menggunakan media sosial secara sadar dan seimbang, bukan sebagai pelarian dari kenyataan.


Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital

Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan Generasi Z untuk menjaga keseimbangan mental di dunia maya antara lain:

  1. Batasi waktu layar dengan fitur screen time.

  2. Kurasi konten — ikuti akun yang inspiratif dan positif.

  3. Luangkan waktu offline, seperti berolahraga atau berkumpul dengan keluarga.

  4. Jangan takut mencari bantuan profesional jika merasa cemas atau depresi.


Kesimpulan

Media sosial adalah pedang bermata dua: ia bisa menjadi alat koneksi dan ekspresi diri, namun juga sumber tekanan dan gangguan mental jika digunakan berlebihan. Bagi Generasi Z, tantangannya adalah menemukan keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata.

Dengan kesadaran dan literasi digital yang baik, media sosial bukan lagi ancaman, melainkan sarana untuk tumbuh, berempati, dan memahami diri sendiri di tengah derasnya arus informasi modern.

07 October 2025 | Informasi

Related Post

Copyright - Jano Isko